Senin, 04 Juli 2011

BISNIS SYARIAH: SUKSES BERSAING SESUAI SYARIAH

Penulis : Alvin Hernandi

Berdaganglah kamu, sebab dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang. (Hadist)

Pernah Rasulullah ditanya oleh sahabat, Pekerjaan apa yang paling baik wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, seorang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih. (Hadist)

Latar Belakang

Keadaan pasar persaingan usaha saat ini didominasi oleh waralaba asing seluker-kapitasitik. Terutama di kota-kota besar, nama-nama seperti McDonald’s, Nike, Blackberry, 7Eleven dan sebagainya sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Semua aspek kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, dari lahir sampai mati, dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada yang tidak dikomersilkan. Bahkan air yang kita minum pun mempunyai merk. Mungkin suatu saat udara yang kita hirup akan ada yang mempatenkan merk lalu menjualnya. Naudzubillah mindzalik.

Seberapa besarkah dari sekian banyak market share yang bisa dikatakan milik orang Islam atau perusahaan yang menjunjung nilai-nilai syariah? Bila kita amati lembaga-lembaga ekonomi syariah sekarang masih dimonopoli oleh lembaga keuangan syariah yaitu di bidang perbankan, asuransi dan micro finance. Selain itu baru sebatas hotel (baru ada satu) dan pendidikan.

Seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim terhadap keharusan menggunakan dan memanfaatkan produk (barang maupun jasa) yang halal dan barokah, maka peran produsen atau perusahaan-perusahaan berbasis syariah menjadi sebuah alternatif masa depan yang sangat menjanjikan. Begitulah gambaran trend bisnis di tanah air saat ini, mulai bergeser ke pasar yang lebih spiritua. Semua ini patut disyukuri. Namun apakah pekembangan yang masih relatif baru ini nantinya akan sustainable, dapat bersaing dengan korporasi yang sudah ada puluhan dan bertahan?

Tulisan ini berisi gagasan penulis tentang bagaimana cara mengelola usaha pada sektor riil yang memproduksi barang dan jasa dengan nilai-nilai Islam agar dapat maju dan bersaing di dunia yang mayoritas berisi korporasi Cina dan Yahudi.

Menciptakan Perusahaan dan Produk yang Bersaing
Menurut Saidi (2007), pengertian bisnis adalah aktivitas developing (pengembangan produk), producing (menghasilkan), dan delivering (mengantarkan) produk atau jasa dari produsen kepada konsumen dan kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Tentunya produk yang dijual harus bernilai tambah agar bisa mendapat untung.

Agar suatu bisnis itu market driven atau berdasarkan kebutuhan dan keinginan pasar dan agar sasaran dan tujuan perusahaan untuk menciptakan customer loyalty itu tercapai maka teori bisnis yang harus dijalankan pada umumnya dipetakan menjadi poin-poin berikut: Pasar dan Pemasaran; Segmentasi, Targeting, dan Positioning; Produk, Harga, dan Distribusi; Promosi; Inovasi; Manajemen Bisnis; Organisasi Bisnis; dan Service Excellence. Diluar teori bisnis konvensional, penulis ingin mengungkapkan gagasannya mengenai konsep bisnis agar bisa sukses bersaing dengan cara yang syariah.

Berikut adalah gagasan penulis bagaimana dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk dapat menciptakan produk dengan kualitas prima yang terjaga keunggulannya dan menghasilkan keuntungan yang sustainable dalam persaingan pasar bebas.

1. Pimpinan Perusahaan Mukmin, bukan hanya Muslim.
Penulis berpendapat, hal yang paling mendasar dalam menciptakan suasana dan budaya perusahaan adalah sumber daya manusia atau human resource yang terdapat didalamnya. Pendapat ini berdasarkan observasi penulis dalam dinas kesehariannya mengunjungi pabrik-pabrik dan berbagai jenis perusahaan. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa manusia yang terdapat dalam suatu perusahaan cenderung memiliki sifat yang serupa. Jika atasannya baik dan santai, bawahannya juga begitu. Namun bila bosnya galak dan ketus maka kemungkinan besar bawahannya mempunyai sifat yang sama. Fenomena ini dijelaskan dalam Bandura’s Social Learning Theory. Menurut Knowledge Base and Webliograpy di situs Learning-Theories.com (2011) manusia belajar dari sesamanya melalui proses observasi, imitasi, dan modelling. Hal ini jika terjadi pada lingkungan perusahaan pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang homogen.

Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan jika ingin membentuk budaya dan suasana lingkungan perusahaan, harus dimulai dari orang-orang yang paling berpengaruh didalamnya yaitu dewan direksi atau Board of Directors (BOD). Maka jika kita menginginkan Perusahaan yang Islami, maka BOD wajib terdiri dari mayoritas muslim. Seorang muslim yang betul-betul mempraktekkan nilai Islam dalam kehidupannya dan bukan hanya Islam KTP.

Proses pemilihan semua karyawan harus melalui proses seleksi yang ketat dan sistematis menggunakan selection criteria dan tes Goodness of Fit atau kelayakan untuk jabatan strategis bila perlu. Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan non-muslim diperbolehkan bekerja di perusahaan tersebut namun para non-muslim dibatasi sampai posisi mid-management saja yang mana mereka digaji untuk keahliannya saja tapi bukan untuk mengambil keputusan. Unwritten rule of conduct atau peraturan tidak tertulis ini sekilas terkesan diskriminatif namun pada kenyataannya praktek ini merupakan hal yang lazim dilakukan. Satu contoh kasus yang pernah diangkat Dr. Ir. Wahyu Saidi Msc. Dalam perkuliahan ialah tidak adanya orang pribumi dalam jajaran direksi Bank BCA.

2. Budaya Perusahaan Islami
Budaya yang ada di suatu lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang ada dalam lingkungan tersebut. Menurut Najma (2008) penerapan budaya Islami bisa dalam bentuk sebagai berikut: berbusana Islami, ruang kerja bebas rokok, shalat berjamaah, menyebarkan salam, egaliter (kesamaan derajat), dan saling memberi perhatian. Penulis juga ingin menambahkan beberapa bentuk budaya Islami yang dapat diterapkan pada paragraf berikut.

Libur pada hari Jumat. Jam istirahat tepat waktu sholat. Kumandang adzan pada waktu sholat. Bisnis tidak boleh menganggu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah :

“Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah. Dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.

Dari Abu Hurairah ra. Dari Rasulullah saw., beliau bersabda :
“Sesuatu yang pertama kali diperhitungkan pada hamba adalah shalatnya... (Hadits ditakhrij oleh Ibnu Majah).
“Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : “Apabila hamba-Ku senang bertemu dengan Ku, maka Aku senang untuk bertemu dengan-Nya, apabila ia benci bertemu dengan-Ku, maka Aku benci bertemu dengannya. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).


Melakukan doa bersama rutin setiap pagi dipimpin oleh pimpinan perusahaan atau masing-masing pimpinan divisi sebelum kegiatan bekerja dimulai. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang pelupa. Seperti halnya roda yang berputar, tingkat keimanan manusia juga naik-turun. Oleh sebab itu Allah memerintahkan untuk sholat wajib 5 waktu supaya manusia senantiasa diingatkan akan sumpahnya kepada Allah melalui shahadat. Sama halnya pada semangat atau motivasi seseorang untuk bekerja yang tidak sama setiap harinya. Terlebih dipengaruhi faktor eksternal seperti permasalahan rumah tangga, ketidakcocokan dengan karyawan lain, dan sebagainya. Dengan adanya doa bersama ini diharapkan hari selalu dimulai dengan Allah di hati, sehingga apapun rintangan dan cobaan seakan tiada arti di hadapan-Nya dan semangat berjuang tetap tinggi.

Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda : “Tuhan kami yang Maha Suci dan Maha Tinggi setiap malam turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman : “Barangsiapa yang bermohon kepadaKu maka Aku perkenankan. Barangsiapa yang mohon kepadaKu maka Aku beri, dan barangsiapa yang mohon ampun kepadaKu maka Aku ampuni”. (Hadits ditakhrij oleh Bukhari).

Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Berikanlah upah kepada karyawn sebelum kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.


3. Visi dan Misi Perusahaan yang Mulia
Membudayakan semangat perusahaan yang Islami melalui visi dan misi perusahaan yang mulia. Yang perlu ditanamkan adalah kesadaran tentang signifikasi social kegiatan bisnis tersebut. Pelaku bisnis menurut Islam tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi social kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan menacari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang. Bisnis yang bersifat visioner adalah bisnis yang terkonsep dengan baik, yang dikemas dengan visi dan misi yang jelas (Bahar, 2008)

4. Sistem Reward and Punishment yang Islami
Dalam teori behavioral psychology atau psikologi perilaku ada yang disebut Operand Conditioning atau Instrumental Conditioning. Cherry (2011) menjelaskan bahwa menurut teori ini adanya perubahan perilaku bisa dihasilkan akibat pembelajaran melalui cara reward and punishment.

Reward atau penghargaan dalam perusahaan dapat berupa paket umrah atau haji yang dianugrahkan kepada karyawan teladan atau sebagai hadiah pencapaian target. Hal ini akan memberi sense of accomplishment yang meningkatkan job sattisfaction dan loyalitas karyawan sehingga memacu mereka untuk berprestasi lebih baik lagi. Tentunya reward semacam ini digilir supaya tidak terjadi rasa iri diantara pekerja. Hadiah-hadiah juga harus sering-sering diberikan untuk menjaga moral dan spirit pekerja tetap tinggi. Karena tanpa melihat besar atau kecilnya nilai dari hadiah tersebut, pada dasarnya orang senang merasa dihargai dan orang senang dengan gratisan.

Sedangkan untuk Punishment atau sanksi terhadap suatu pelanggaran dapat berupa hilangnya kesempatan untuk mendapat hadiah atau potongan tunjangan atau potongan jumlah cuti, dan sebagainya.

Karyawan yang senang, tulus dan kompeten pada pekerjaannya akan memberikan pelayanan yang prima sehingga konsumen akan puas. Kepuasan konsumen adalah pintu gerbang loyalitas mereka pada suatu produk. Seperti pada Shore & Martin (1989) yang menjelaskan hubungan antara kepuasan kerja pada komitmen bekerja dan hasil kerja.

Dan tiap-tiap orang memperoleh hasil (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-An’ aam : 132).

Dan bahwasanya seorang manusia tiada yang akan memperoleh kecuali selain apa (hasil) yang diusahakannya sendiri (QS an-Najm (53): 39).

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan¬Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (At Taubah 105)


5. Kegiatan Sosial dan CSR
Sering melakukan kegiatan yang bersifat sosial sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Company outing bisa dibuat dengan konsep peduli sosial. Contoh kegiatan lain bisa berupa Bakti Sosial (Baksos) seperti mengunjungi panti yatim yang dilakukan secara rutin bukan hanya di bulan puasa. Kegiatan sepeerti ini bukan dimaksudkan untuk riya’ walaupun publikasi dari kegiatannya akan mengangkat nama baik perusahaan. Hal ini akan menciptakan sense of pride atau rasa bangga menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Selain itu juga dapat melatih jiwa sosial karyawan sehingga diharapkan mereka dapat menularkannya di lingkungan masing-masing.

Berderma memang nampak mengurangi harta, Tapi, Allah SWT menjanjikan akan memberi kepada orang yang berderma balasan yang berlipat-lipat. Dalam surat Al-Imran diterangkan bahwa perumpamaan orang-orang yang berderma di jalan Allah SWT seperti menanam sebatang pohon yang darinya tumbuh tujuh buah cabang, dan masing-masing cabang memiliki seratus buah. Jika dihitung secara matematis satu kebaikan akan dibalas 700 kali lipat. Bila keimanan seperti ini diterapkan pada level perusahaan, bukankan itu sebuah investasi yang sangat menguntungkan?

6. Majelis Ilmu
Adanya serikat pekerja bisa berfungsi ganda sebagai majlis ilmu. Semua anggota selain menghadiri rapat wajib juga di-sunnahkan mengadiri kajian rutin. Perusahaan memfasilitasi menghadiri ustadz-ustadz dan penceramah ternama untuk berbagai acara pengajian, seminar dan pelatihan. Media dakwah dan silaturahmi tersebut diharapkan dapat melahirkan ustad-ustad dari kalangan pekerja.

Seorang muslim tidak boleh berhenti belajar. Bahkan belajar tidak hanya untuk diri sendiri melainkan harus mengajarkan pula kepada sesama muslim. Ayat pertama wahyu yang diterima Rasulullah SAW mengajarkan tentang Iqra’ (baca/belajar) sebagaimana dalam surat Al-Alaq ayat 1, 4 & 5 yang artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan....yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Dalam surat Al-Maidah ayat 2 menegaskan, bahwa orang-orang yang beriman diwajibkan untuk tolong-menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa.


7. Diferensiasi
Tawarkan produk atau jasa yang memiliki perbedaan dengan produk lain yang sudah ada di pasar. Suatu hal yang berbeda cenderung akan lebih mudah diingat karena orang lebih mudah mencari perbedaan dibandingkan persamaan. Dare to be different! Beranilah mencoba hal-hal baru yang menantang konvensionalitas. Memberi keleluasaan karyaan untuk kreatif, menyalurkan gagasannya dan mendapat penghargaan. Junjung tinggi kreatifitas.

5 hal keuntungan kreatifitas menurut Saidi et all (2005): Kreatifitas menghasilkan ide baru yang penting untuk kemajuan.
• Kreatifitas menimbulkan semangat, dan orang yang semangat pastinya full of idea.
• Sebagai solusi pemecah masalah.
• Mempunyai banyak alternatif akan segala sesuatu
• Perbaikan berkelanjutan

8. Kemasan Produk yang Islami
Mencantumkan ayat dan hadist pada packaging produk. Ayat atau hadist tersebut mengajak kepada hal-hal sederhana yang sifatnya universal seperti ajakan membuang sampah pada tempatnya, menghemat, dan sebagainya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin dan nilai-nilai Islam dapat diterapkan kepada siapa saja dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia dan berguna untuk semua umat. Hal ini diharapkan dapat menggugah akal seseorang, insya Allah orang bisa mendapat hidayah.

9. Membangun Reputasi yang Kokoh

Reputasi yang baik adalah salah satu aset yang paling tangible dan bisa dijual. Kita tidak bisa hanya sekedar membeli reputasi yang baik, ini adalah sesuatu yang kita hasilkan dengan memenuhi semua komitmen dan janji. Jika kita berjanji mengirimkan barang ke pelanggan hari Rabu, tidak ada alasan untuk tidak mengirimkannya. Jika kita menawarkan untuk memperbaiki sesuatu, kita harus melakukannya dengan baik. Konsistensi atas apa yang kita tawarkan adalah faktor kunci lainnya. Jika kita tidak bisa memberikan jasa dan produk dengan level yang sama pada klien secara teratur, mereka tidak punya alasan untuk mempercayai kita, dan tanpa kepercayaan, kita tidak akan memiliki reputasi yang baik.

Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya (QS: Al Isra;34).

Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya amanat (tidak dapat dipercaya), dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji, (Hadist)

Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu (QS: Al- Maidah;1)

Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin harta dan jiwa mereka... Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Allah maka bergembiralah dengan jual-beli yang kamu lakukan. Dan itulah kemenangan yang besar


KESIMPULAN
Untuk dapat menciptakan suatu perusahaan Islami dan produk yang mampu bersaing dan bertahan dalam dunia usaha persaingan bebas maka hal-hal berikut harus diperhatikan:
• Pemimpin perusahaan yang mukmin dan sumber daya manusia pilihan.
• Budaya perusahaan Islami.
• Visi dan misi perusahaan yang mulia.
• Sistem reward and punishment yang Islami
• Kegiatan sosial dan CSR
• Majelis ilmu
• Diferensiasi
• Kemasan produk yang Islami
• Membangun reputasi yang kokoh

Semua gagasan yang telah dijelaskan diatas menciptakan efek pengali atau multiplier effect dunia dan akhirat bagi semua stakeholder yang terlibat dalam perusahaan. Memadukan bekerja yang sifatnya mengejar duniawi dan ibadah untuk akhirat sehingga dapat ber-Islam secara kaffah dan seimbang. Jika bekerja dengan semangat lillahi ta’alla, insya Allah keutamaan dunia dan juga akhirat mungkin didapat.

Akhir kata, Kebangkitan Islam kembali harus dimulai kebangkitan ekonomi Islam. Insya Allah gagasan singkat diatas dapat bermanfaat untuk membangun ekonomi Islam, aamiin.

Daftar Pustaka
1. Bahar, Ahmad, Lihan. Ustadz pun Bisa Jadi Pengusaha B(e)rilian. Pena Multi Media, Cimanggis-Depok, 2009.
2. Cherry, Kendra, Introduction to Operand Conditioning. Akses dari: http://psychology.about.com/od/behavioralpsychology/a/introopcond.htm, April 2011.
3. Knowledge Base and Webliograpy. Learning-Theories.com. Social Learning Theory (Bandura). Akses dari: http://www.learning-theories.com/social-learning-theory-bandura.html, April 2011.
4. Najma, Siti, Bisnis Syariah dari Nol. Langkah jitu Menuju Kaya, Penuh Berkah, dan Bermakna. Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), Jakarta, 2008.
5. Saidi, Wahyu, Mari Berkenalan dengan Bisnis. Ikhtiar Press, Jakarta, 2007.
6. Saidi, W., Lee, S., & Abidin, Z, Tentang-tentang Apa Yang Anda Butuhkan Untuk Sukses Dalam Hidup. Britz Publisher, Jakarta, 2005.
7. Sunarto, Ahmad (2000). Himpunan Hadist Qudsi. Setia Kawan. Ebook: kompilasi html/chm oleh pakdenono http://www.pakdenono.com, April, 2007.
8. Shore, L.M., & Martin, H.J. (1989). Job satisfaction and organizational commitment in relation to work performance and tunover intentions. Human Relations, vol 42 (7), p. 625-638.Akses dari: http://www-rohan.sdsu.edu/~lshore/reprints_pdf/job_satisfaction_and_org_commitment.pdf

Tidak ada komentar: